Jumat, 16 Januari 2015

Bunga Terakhir

Aku baskoro… salam kenal bagi pembaca semua.
Setiap malam aku selalu mengingat sosok yang selalu memberiku perhatian kurang lebih seperti ibu sendiri. kenangan yang tiada habisnya bila dapat ku tulis di seluruh memori ini. Nuansa yang selalu kami warnai dengan cara sendiri. kami pun yakin, seandainya saat ini kami masih terus bersama, pasti kami akan dapat terus menghiasi nuansa-nuansa dengan warna yang berbeda dan baru lagi. Tapi, semua itu sudah lalu…
Biarlah awan, langit dan pohon-pohon yang menjadi saksi saat dulu kami senantiasa menciptakan sebuah nuansa. nuansa yang selalu kami rindukan. Semoga dia tenang disana. Disini aku merindukanmu sayang
Hanya itu yang saat ini bisa terus kulakukan untuk mengindahkan rasa sepiku. Setiap malam aku selalu mencoba berbicara kepada bulan dan bintang. Namun, lagi-lagi belum ada yang bisa menggantikan posisi kekasihku yang sudah dipanggil oleh sang maha kuasa. Yah… saat itu dia sakit keras, sebenarnya dia sudah lama mengidap penyakit kanker payudara. Tapi itu mampu kami lewati bersama, saat itu juga aku berjanji akan selalu berada di sampingnya.
Namanya eva, dia adalah wanita yang mampu bekerja keras. Tidak suka mengeluh selama masih sehat dan bisa diatasi sendiri. ada satu yang hal membuatku terpikat, yaitu kepribadiannya yang selalu memperlakukan semua orang yang dia sayang sebagai saudara sedarahnya. Semenjak dia tahu bahwa dirinya sudah berumur pendek, dia pun hanya terbaring lemah di kasurnya dan yang ada di sampingnya hanya obat-obatan dan foto-foto kenangan kami berdua. Setiap ia ingin tidur, tak lupa ia menyuruhku untuk menyanyikan sebuah lagu kesukaan kami berdua untuk pengantar tidurnya.
Kedekatan orangtua kami sudah terjalin sangat baik, sehingga orangtuanya pun tak segan menyuruhku tidur di samping eva yang sedang sakit-sakitan saat itu untuk menjaganya.
Setiap pagi aku harus bergegas pulang, dan eva pun masih tertidur pulas di kasurnya.
Tak lupa juga kutitipkan pesan kepada orangtuanya untuk menyuruh eva meminum obatnya secara rutin.
Saat itu juga aku harus pergi ke bengkel membantu bapakku bekerja hingga senja tiba. Malam sehabis magrib aku yang bergantian dengan orangtuanya untuk menjaga eva. Maklum, karena eva anak satu-satunya mereka. “Assalamualaikum bu, pak…” aku sudah di depan rumahnya, dan kebetulan ada mbok sanah yang membuka pintu. “ya nak masuk aja, non eva udah nunggu kamu tuh” seru mbok sanah menyuruhku masuk. “ya mbok, permisi”. Aku pun langsung masuk ke kamar eva, ia pun sengaja untuk tidak tidur karena menungguku.
“lamanya bang baru dateng.. aku dari tadi udah mau tidur”.
“maaf ya sayang, aku tadi lagi banyak motor di bengkel yang harus diperbaiki, oiya.. udah makan sama minum obatnya?”
“sudah sayang… tenang aja”.
“yah baguslah… ayo cepat tidur sayang, udah malem… istirahat ya.. fit kan dulu kondisinya”
Eva pun segera tarik selimut dan seperti biasa ia siap untuk mendengarkan lagu pengantar tidurnya. Nyanyian pun semakin lama semakin sayup dan genggaman tangan eva pun semakin erat di tanganku. Aku pun merasa bingung.. dengan mata eva yang berkaca-kaca menatapku.
“kenapa lagi sayang? apalagi yang membuatmu menangis?”
“gak papa bang, gak papa… eva cuman takut kalo eva tertidur…”
“abang selalu di samping eva, abang selalu jaga eva… sayang harus istirahat supaya cepet sembuh”.
“eva gak bakal sembuh lagi bang, eva takut… mata ini akan terpejam selamanya..”
Ketika aku mendengar kata-kata eva, aku hanya bisa memeluknya dan membiarkan ia bersandar di pundakku. “sayang, di dunia ini tidak ada yang abadi… semua itu telah diatur oleh sang maha kuasa, dan kita lah yang harus merubah alur cerita panggung dunia ini. Abang pun gak mau kalo eva begini.. abang mohon, eva jangan ngomong seperti itu lagi”. Suasana malam di kamar saat itu hanya hening, suara detik jam dan tangisan kecil eva. Segera aku menyuruh eva untuk tidur lagi karena waktu sudah menunjukkan pukul 23:00.
“sudah malam banget sayang, tidur ya… biar abang nyanyiin lagu lagi”.
“bang…”
“iya sayang, ada apa?”
“kapan kita seperti dulu lagi? kapan eva sehat kayak dulu lagi? eva gak mau terus-terusan memanjakan penyakit ini”.
“ssstt, sayang… abang tau, abang tau ini sangat menyiksa eva. Tapi sementara waktu harus pulihkan kondisi dulu sayang”
“bang… eva rindu sekali waktu kita dulu… biarkan sebentar eva mengingat-ingat momen-momen kita yang dulu ya bang. Dulu… waktu kita beli es krim, abang ingat gak? aku sengaja tumpahkan eskrim ku sampe kena baju abang, hehehe”
“iya… lalu kamu juga yang mengotori pipiku dengan es krim kan?”
“hehe iya sayang.. sampe-sampe kita diliatin orang-orang…”
“hehhe, tapi saat itu juga kamu cemberut sama aku karena cemburu… kan ada cewek yang senyum-senyum ke aku.. ciyee ada yang cemburu…”
“hmmm abang kan matanya nakal.”
“eitss, cewek itu kok yang lirik duluan… kan mataku sudah direbut sama hatimu hehe”
“hmmm mulai deh gombalnya sayang… hmmm, oh iya… dulu juga kita pernah beli bunga mawar tapi lupa bayar hihi”
“iya, terus kita ngumpet karena dikerjar sama penjualnya… hihi abisnya sih mahal.. dasar penjual pelit”.
“iya setelah kejadian itu ,kita milih beli di tempat lain hehe”
“ohh iya, ngomong-ngomong soal mawar.. sayang taruh dimana mawarnya? Jangan-jangan layu lagi”.
“astaga, ade lupa bang, sudah seminggu yang lalu mawar itu kusimpan dalam lemari”.
“yahhh, pasti udah layu deh… ya udah deh besok abang ganti lagi dengan mawar yang baru.. mawar merekah kesukaanmu evaku sayang.. hehe”
“iya sayang, hmm kayaknya eva udah mulai ngantuk nih… gak usah dinyanyiin ya sayang. Abang langsung tidur aja.. soalnya bsok bangun pagi”
“iya evaku… selamat malam ya… semoga lekas sembuh.. love you”.
“love you too bang”
Kami pun tertidur lelap selepas canda dan gurauan kami sambil mengenang kembali momen-momen yang dulu saat eva masih dengan raga yang sehat. Tapi biar bagaimanapun, senyuman eva bagiku adalah semangat untuk diriku dan dirinya.
Eva masih sosok wanita yang kuat dan selalu berjuang menghadapi segala kenyataan yang ada saat ini.
Tepat pukul 06.00 aku terbangun… pagi itu juga aku harus bergegas pulang dan ke bengkel lagi. Tak lupa sebelum aku pergi, kucium kening eva. dan segera pamit dengan kedua orangtua eva.
Sesampainya di bengkel, bapakku bertanya tentang keadaan eva. aku hanya bisa menjawab dan memberitahu keadaannya yang sekarang, aku gak mau orangtua ku ikut was-was dengan keadaannya yang semakin parah. Hingga tak terasa sudah pukul 5 sore, aku pun pamit untuk ke rumah eva dan tak lupa pergi ke toko bunga membelikan mawar kesenangan eva.
Sesampainya di toko bunga, banyak sekali yang ingin memesan mawar. Sehingga aku pun hanya dapat satu tangkai yang tersisa. Tapi gak papa lah, mungkin memang belum rejeki.
Saat di tengah perjalanan, hp ku ada yang menelpon… tapi sengaja tak kuangkat karena itu sudah pasti dari ibunya eva.. karena tidak biasanya aku telat ke rumah eva. Aku pun langsung saja melanjutkan perjalanan ke rumahnya tanpa menghiraukan bunyi hp tersebut.
Sebenarnya rasa gelisah dan tidak nyaman terlintas di pikiranku seiring inginku untuk segera sampai di rumah eva. Namun apa yang ku lihat dan kuhadapi saat itu? suasana dimana sudah terpajang bendera hijau di depan rumah eva. Tatapanku hanya terpaku kepada jendela luar kamar eva. Ibu eva pun segera mendatangi dan berkata, “nak.. masuk ke dalam. Ibu tau ini memang belum siap kita hadapi, tapi sekali lagi kamu harus kuat nak”. Tanpa berkata-kata aku pun langsung masuk ke dalam dengan membawa perasaan yang sudah tak bisa kutahan. Hancur, sedih, rasa kehilangan. Dengan membawa setangkai mawar yang baru saja kubeli. Semua keluarga eva langsung menghampiriku dan menepuk pundakku mereka hanya bisa mengucapkan kata “sabar nak koro”. “kuat ya nak” .
Tak dapatku pungkiri, tetesan air mata ini membasahi pipiku sambil duduk di samping jenazah eva yang sudah ditutupi kain putih ini.
“pukul 8 pagi tadi kami ingin mengantar sarapan. Tapi, ia sudah tak bernafas lagi”.
“eva ku, secepat ini kau tinggalkan abang… abang sangat belum siap, biar gimanapun, yang hanya bisa abang lakukan yaitu doa, semoga kau tenang disana sayangku.. maaf… maaf.. kalau kebahagiaan yang abang beri belum bisa kekal, dan yang terakhir… terimakasih eva, sudah mau dan ingin mengisi hati dan hidupku. kau memang wanita yang luar biasa” tak bisa kutahan lagi tangisku sambil mencium keningnya. Dan menutup kembali lagi kain putih itu. Aku tak henti-hentinya menangisi sambil menundukan kepalaku di hadapan almarhumah eva. Aku pun langsung dibawa ke dalam kamar dan ditenangkan oleh beberapa keluarga almarhumah. Aku disuruh bergegas mengambil air wudhu dan membersihkan badanku untuk pergi kekubur mengantarkan jenazah eva.
Ini kenyataan yang saat ini harus kuhadapi dan harus mampu kujalani. Dengan berat hati sekali, mengantarkan kepergian kekasihku itu. terasa sekali di setiap langkahku menuju pemakaman, beban dan air mata yang terus mengalir ini harus segera kuatasi, aku takut eva ikut bersedih apabila aku masih belum rela melepas kepergiannya.
Sesampainya di pemakaman, semua orang telah selesai melakukan pembacaan doa. Yang ada saat itu hanya aku sendiri yang tertinggal. Aku masih meratapi tanah yang sudah menjadi tempat abadi almarhumah eva kekasihku itu. Memang pahit, memang sangat sulit dan tidak mudah melupakan sosok wanita yang selama ini menemani keseharianku.
“eva… sayangku… abang iklas… abang iklas… karena sudah kehendak sang pemilik sayang… abang tetap selalu mengenang eva… biarlah bunga mawar ini yang akan menemani abang di setiap malamnya. Jika kita mampu mengawali, kita harus siap menghadapi pengakhiran yang tak terduga oleh sang pemilik. Terimakasih sayang atas segalanya… love you eva. Eva dwisaputri. Wanita yang luar biasa.”
Setelah berkata-kata sendiri dalam benakku..aku pun pergi dari pemakaman itu. Memang tidak gampang mengiklaskan kepergian seseorang yang sangat berarti bagi hidup kita. Tapi disaat kita terus belajar… cobalah. terus belajar. Belajar iklas.
Kepergian eva , kini membuatku lebih kuat dan tegar dalam menghadapi masalah. Tapi sampai saat ini.. ada satu hal yang masih kupercayai… tuhan tidak akan pernah membiarkan seseorang itu pergi tanpa ada sebab. Pasti di balik semua ini ada hikmahnya.
Dan mawar tak selalu disimbolkan dengan sesuatu yang menjadi kecintaan dan kebahagian. Tapi mawar lebih ke perasaan. Mawar pun punya jiwa.. dan eva adalah bagiku dia mawar yang sangat mahal untuk menyentuhkan durinya ke diriku, dan mawar yang akan selalu setia pada tangkainya meskipun telah layu bersama duri.
SELAMAT TINGGAL SAYANG.
SELESAI.

 Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar